Selasa, 11 September 2012

WARUNG PAK KARMIN BEROK Nasi Goreng dan Babat Gongso Melegenda

KULINER khas Kota Semarang tak sebatas lunpia, bandeng duri lunak atau wingko babat. Ada satu yang cukup melegenda berupa Nasi Goreng Babat Pak Karmin di pinggir Kali Berok, kawasan Kota Lama Semarang.

Bayangkan, nasi Goreng Babat Pak Karmin sudah ada sejak tahun 1954. Dulu warung berupa tenda berada di Alun-alun Barat, tepatnya di depan Masjid Besar Kauman (areal terminal Bemo). Baru setelah era 1970-an pindah di pinggir Kali mBerok (samping jembatan) hingga saat ini dan telah diwariskan ke generasi ketiga, Yanti. Meski Pak Karmin telah meninggal tahun 1970-an namun olahan kulinernya sampai saat ini melekat turun-temurun di hati penikmat kuliner.

Salah satunya adalah Andi MH, warga Kampung Batik Gayam Semarang yang kini menjadi pelanggan Nasi Goreng Babat Pak Karmin.  "Saya kenal warung ini sejak kecil dan diajak makan sama mbah kakung. Favorit saya babat dan iso gongso", ungkap Andy MH.

Nasi Goreng Babat Pak Karmin memang beda dengan nasi goreng lainnya. Rasanya mantab dan harganya terjangkau untuk kalangan menengah ke bawah. Sedangkan yang diolah sebagai untuk campuran nasi goreng selain babat, ada juga iso (usus), paru, asren (linpa) dan jantung sapi. Selain disajikan nasi goreng, jeroan sapi tersebut juga bisa diolah dengan digoreng gongso dengan bumbu kecap dan sambal.

Nasi goreng maupun olahan gongso sangat nikmat disantap dengan telur dadar dan acar ketimun.
Cara menyajikannya pun cukup khas. Tidak langsung diletakkan pada piring, melainkan piring dilambari daun pisang.

Menurut Yanti, daun pisang yang dijadikan alas nasi goreng akan mampu menampa kesedapan nasi goreng. Hal ini juga diakui Andy, yang tak pernah melupakan mampir di warung Pak Karmin kendati sebulan sekali. Untuk menikmati sepiring nasi goreng maupun gongso dengan segelas teh hangat hanya Rp 20.000. (Chandra AN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar