Selasa, 11 September 2012

Menopang Pesona Indah Ratu Boko

SEBAGAI sebuah destinasi archaeotourism yang terkenal, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan surga untuk menjelajahi candi-candi kuno dan menemukan reruntuhan dari 'peradaban yang hilang serta misterius'. Candi dapat dikatakan adalah bukti yang tidak bernyawa namun dapat mengeluarkan kisahnya lewat setiap goresan yang ada di setiap relik-reliknya. Banyak orang tertarik dengan wisata candi karena nilai historis, arsitektur dan daya magisnya. Berlibur sambil menikmati wisata candi tentunya akan membuat momen liburan lebih berkesan.

Salah satu candi atau situs bersejarah yang kini menjadi perhatian warga DIY, Jawa Tengah dan wilayah lainnya adalah Ratu Boko. Ratu Boko kemungkinan dibangun sekitar abad 9 Masehi oleh Dinasti Syailendra, yang kelak mengambil alih Mataram Hindu. Sebagai sebuah monumen peninggalan zaman dahulu, Ratu Boko masih menyimpan misteri. Atribut-atribut yang terdapat di sini memang mengacu pada sebuah wilayah perkampungan. Tapi tetap saja para ahli masih sulit mengindentifikasikan, apakah ia merupakan taman kerajaan, istana, benteng, atau candi.

Candi Ratu Boko memang tidak seterkenal beberapa candi besar lainnya, seperti Candi Prambanan, Candi Borobudur dan Candi Panataran. Meski demikian, candi yang terletak 3 Km dari Candi Prambanan ini tetap menyimpan beberapa sisi eksotis yang menarik untuk diperhatikan.

Komolekkan sang ratu boko yang tak kalah dengan kecantikan roro jonggrang, membuat bibir wisatawan tak henti-hentinya berdecak kagum. Kala berada didekatnya, kesejukkan serta keindahan yang terasa seolah membuat para pengunjung enggan untuk meninggalkannya. Namun dibalik itu semua, ia memiliki sifat angkuh yang tak bisa lepas dari jiwanya, ia berdiri tegak ditempat tinggi lebih tinggi dari roro jonggrang dan tetap mempertahankan molek serta keindahan tubuhnya yang tak lekang oleh waktu meski usianya tak lagi muda demi mempertahankan gelar sebagai sang ratu (boko).

Kompleks Ratu Boko mempunyai potensi ilmiah yang menarik dan dalam kondisi yang terbebaskan dari balutan mithologis sampai tercapai titik 'pencerahan' sehingga situs yang cukup kuno ini dapat jauh lebih terbuka untuk menguak sejarah politik yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya pada abad III-VIII atau bahkan lebih awal lagi.

Mengenal Ratu Boko Lebih Dekat

Menurut sejarah bangunan ini pertama kali ditemukan kembali oleh seorang arkeolog belanda yang bernama Van Boeckholzt pada tahun 1790. Baru seratus tahun kemudian dilakukan penelitian yang dipimpin oleh FDK Bosch, yang dilaporkan dalam Keraton Van Ratoe Boko. Dari situs ini juga ditemukan sebuah prasasti yang berangka tahun 792 M yang menuliskan bahwa ada seorang tokoh yang bernama Tejahpurnapane Panamkarana atau Rakai Panangkaran dan juga menyebut kawasan wihara di atas bukit yang dinamakan Abhyagiri wihara yang berarti wihara di atas bukit yang bebas dari bahaya. Rakai Panangkaran merupakan seorang agama budha yang dibuktikan dengan penemuan Arca Dyani Buddha, namun juga ditemukan pula unsur-unsur agama Hindu seperti lingga yoni, ganesha dan sebagainya. Dikompleks ini terdapat kawasan bekas gapura, paseban, kolam, keputren serta dua ceruk gua yang kemungkinan digunakan sebagai tepat semedi.

Ratu Boko memiliki 3 buah teras atau tingkat, yang masing-masing dipisahkan dengan dinding batu dan benteng. Untuk mencapai teras pertama, kita harus melewati sebuah gerbang besar yang dibangun dalam 2 tahap. Di sebelah barat teras ini terdapat sebuah benteng atau Candi Batu Kapur (Temple of Limestone). Dinamakan Candi Batu Kapur karena ia memang terbuat dari batu kapur. Jaraknya kira-kira 45 meter (m) dari gerbang pertama.

Teras kedua dan pertama dipisahkan oleh tembok andelit. Teras kedua ini dapat kita capai setelah melewati gerbang di paduraksa yang terdiri dari 3 pintu. Pintu yang lebih besar (Gerbang Utama) ada di tengah-tengah, diapit oleh dua buah gerbang yang lebih kecil.

Teras kedua dan ketiga di pisahkan oleh benteng batu kapur dan tembok andelit. Untuk masuk ke dalam teras ketiga, kita harus melewati 5 gerbang, dimana gerbang yang paling tengah lebih besar ukurannya bila dibandingkan dengan 4 gerbang lain yang mengapitnya.

Di teras ketiga (teras paling besar) lah terpusat sisa-sisa peninggalan. Di sini kita bisa menemukan antara lain Pendopo (Ruang Pertemuan). Pondasi pendopo ini berukuran panjang 20 m, lebar 20 m, dan tinggi 1,25 m, terletak di sebelah utara dari teras ini.

Sedangkan di sebelah selatan, kita akan menemukan pondasi Pringgitan, berukuran panjang 20 m, lebar 6 m, dan tinggi 1,25 m. Keduanya, pendopo dan pringgitan, dikelingi oleh sebuah pagar dengan panjang 40 m, lebar 36 m, dan tinggi 3 m. Pagar ini dilengkapi dengan 3 gerbang beratap di sebelah utara, selatan, dan di sebelah barat. Tiga buah tangga dibuat untuk mendaki sampai ke pondasi tersebut.

Di sebelah timur pendopo, terdapat Komplek Kolam Pemandian yang dikelilingi oleh pagar empat persegi panjang. Komplek ini terdiri dari 3 kelompok. Kelompok pertama, terdiri dari 3 buah kolam berbentuk persegi empat. Dua di antaranya memanjang dari utara sampai selatan, dan keduanya dipisahkan oleh sebuah gerbang. Sedangkan kelompok kedua terdiri dari 8 kolam bundar yang dibagi dalam 3 baris. Di teras ini, kita juga bisa melihat sisa-sisa bangunan yang disebut Paseban (Ruang Resepsi) yang membujur dari utara ke selatan. Reruntuhan gerbang, pagar dan landaian juga terdapat di sini.

Selain itu, juga terdapat Keputren (Istana atau Tempat Tinggal Putri), dimana di dalamnya terdapat sebuah kolam persegi panjang berukuran 31 x 8 m2 yang dikelilingi oleh pagar. Pagar ini mempunyai 2 gerbang, masng-masing terletak di sebelah baratdaya dan timurlaut. Sekitar 60 m dari gerbang ini, kita bisa melihat reruntuhan batu-batuan, tapi kondisi lantainya masih baik. Dasarnya berbentuk bujur sangkar berukuran 20 x 20 m.

Selain tempat-tempat tersebut, masih banyak reruntuhan yang bisa kita temukan di Ratu Boko, misalnya saja reruntuhan Gua Laki-Laki (Male Cave) berukuran panjang 3,5 m, lebar 3 m, dan tinggi 1,5 m, serta sebuah gua yang berukuran lebih kecil lagi, Gua Perempuan (Female Cave).

Ratu Boko telah menghasilkan banyak sekali artefak, termasuk arca-arca, baik arca Hindu (Durga, Ganesha, Garuda, lingga, dan yoni), serta arca Buddha (tiga Dhyani Buddha yang belum selesai). Selain itu, juga ditemukan keramik dan beberapa prasasti. Salah satu prasasti yang ditemukan adalah prasasti Siwagraha. Prasasti ini menyebutkan peperangan antara Raja Balaputra dan Rakai Pikatan. Karena kalah perang, Balaputra melarikan diri dan membangun tempat pertahanan di atas kaki bukit Ratu Boko.

Di sana juga pernah ditemukan lima fragmen prasasti berhuruf Prenagari dan berbahasa Sansekerta, Walaupun tidak utuh, prasasti ini masih bisa dibaca. Isinya berkaitan dengan pendirian bangunan suci Awalokiteswara, salah satu Buddhisatwa dalam agama Buddha, khususnya aliran Mahayana. Dilihat dari bentuk hurufnya, prasasti-prasasti tersebut berasal dari abad ke-8 M.

Selain itu, juga ditemukan tiga prasasti berhuruf Jawa Kuno dalam bentuk Syair Sansekerta. Dua di antaranya memuat tahun 778 Saka atau 856 M, yang berisi pendirian lingga Kerttiwasa dan lingga Triyambaka atas perintah Raja Kumbhaya. Sedangkan prasasti satunya lagi berisi pendirian lingga atas perintah Raja Kalasodbhawa. Prasasti lain yang ditemukan di Ratu Boko adalah sebuah prasasti berbahasa Sansekerta-Jawa, dan sebuah inskripsi (tulisan singkat) pada lempengan emas.

Semburat Senja di Ratu Boko

Ratu boko yang berarti raja bangau, letaknya berada di atas ketinggian suatu bukit memberi nilai lebih pada setiap orang yang mengunjunginya. Selain memanjakan mata dan hati akan keindahan peradaban yang ditinggalkan pada masa silam, kita juga bisa menikmati keindahan kota yogyakarta bagian tenggara yang merupakan area lalu lintas penerbangan karena bandara adi sucipto tepat berada di sebelah baratnya, kemudian candi prambanan yang juga dapat terlihat dari gardu pandang disisi utara dan tidak ketinggalan gunung merapi yang menjulang tinggi di sebelah utara kota yogyakarta yang dipercaya sebagai tonggak awal dan berakhirnya peradaban di sekitar yogyakarta dan jawa tengah (mataram kuno) yang membuat mata dan hati makin tak jemu dengan semua yang disuguhkan.

Di balik misteri dan kesunyiannya, Candi Ratu Boko menyimpan keindahan tersendiri. Ketika senja datang, kita akan menikmati salah satu senja tercantik yang pernah ada. Keindahan semburat senja membentuk siluet candi yang tegas seolah membenamkan misteri begitu saja.

Pemandangan senja saat matahari terbenam dari atas kawasan Bukit Boko tak bisa dilukiskan dengan kata. Di arah utara Candi Prambanan dan Candi Kalasan dengan latar belakang pemandangan Gunung Merapi dengan suasana pedesaan dengan sawah menghijau di sekelilingnya.

Banyak yang mengatakan pemandangan senja di Istana Ratu Boko ini sangat indah, sehingga sayang jika dilewatkan begitu saja ketika kita berada di kawasan wisata tersebut. Dan inilah mungkin yang menjadi daya tarik paling mempesona dari Ratu Boko disamping keindahan situs dan tata letak. Karenanya, potensi yang telah ada dan terjaga ini hendaknya tetap ditopang juga dilestarikan untuk kepentingan Pariwisata, Ilmu Pengatahuan serta Seni dan Budaya. (Danar Widiyanto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar